JAKARTA – Demi menjaga perekonomian dan ketahanan pangan di tengah pandemi. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto, dalam keterangannya di Jakarta menjelaskan upaya strategis guna menggenjot produktivitas dan nilai tambah ikan air tawar di Indonesia antara lain yaitu pertama, pengembangan sistem perbenihan yang fokus pada produksi varian komoditas unggul yang potensial dikembangkan dan menjamin sistem logistik benihnya secara efisien. Kedua, pengembangan sistem produksi yang fokus pada penciptaan efisiensi produksi, dan produktivitas budidaya. (21/1/2021)
Upaya ini meliputi pengembangan inovasi teknologi yang aplikatif, efisien dan adaptif, pengembangan pakan mandiri yang efisien, dan penerapan sertifikasi cara budidaya ikan yang baik. Ketiga, pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan yang fokus pada upaya pencegahan dan penanggulangan hama penyakit serta pengelolaan lingkungan. Kempat, penguatan kapasitas SDM para pelaku dan kelembagaan di sentral sentral produksi. Dan kelima, mendorong pengembangan sistem bisnis terintegrasi (integrated aquaculture business) di sentral produksi untuk menjamin efisiensi dan market.
“Saya sangat apresiasi dengan data sementara capaian kinerja tahun 2020 dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Yogyakarta bahwa untuk program peningkatkan produksi perikanan budidaya dengan target terbesar 89 ribu ton, mampu terealisasi yakni sekitar 93 ribu ton. Ini capaian yang sangat luar biasa, meski kondisi sedang pandemi. Sekali lagi, saya sangat mengapresiasi meskipun pandemi covid 19, DI Yogyakarta ini tetap berkomitmen membangun sub sektor perikanan budidaya untuk dapat berkontribusi besar dalam perekonomian nasional”, tegas Slamet.
Dan capaian produksi perikanan budidaya DI Yogyakarta terbesar dari produksi ikan ikan air tawar, tertinggi ikan lele kemudian disusul nila dan gurami. Kabupaten dengan data produksi perikanan budidaya terbesar adalah Sleman.
Atas capaian produksi perikanan budidaya di Kabupaten Sleman menurut Bupati Sleman, Sri Purnomo dalam keterangannya, karena upayanya yang terus mensosialisasi penerapan budidaya ikan yang baik (good aquaculture practices) secara terus menerus.
“Langkah ini kami lakukan untuk menyiapkan pelaku utama dan pelaku usaha untuk selalu mengutamakan kualitas dan peduli lingkungan dalam mengusahakan perikanan di era persaingan global saat ini dan di masa yang akan datang”, kata Bupati Sri Purnomo.
Selain itu, Kabupaten Sleman juga telah melakukan pengembangan kawasan perikanan terintegrasi wisata, diantaranya : Mina Wisata Technopark Samberembe, Candibinangun, Pakem (Taman Wisata Tehnologi Perikanan); Kawasan Mina Wisata Sistem Budidaya Ikan dengan Sentuhan Teknologi Kincir Air (Sibudi Dikucir) di Garongan, Wonokerto, Turi; Kawasan Mina Wisata di Sumberagung, Moyudan; Mina Wisata Tuk Pitu di Sumberan, Candibinangun, Pakem.
Adapun untuk pertumbuhan Kelompok Pembudidaya ikan hingga tahun 2020 sebanyak kurang lebih 675 kelompok.
“Peningkatan jumlah kelompok ini menjadi bukti bahwa perikanan budidaya telah menjadi usaha yang cukup diminati di masyarakat khususnya kabupaten Sleman. Dan kelompok Pembudidaya Ikan di Kabupaten Sleman kemampuannya cukup dikenal dan diperhitungkan secara nasional. Hal ini ditunjukkan oleh penghargaan yang diterima oleh pembudidaya ikan di Kabupaten Sleman, baik di tingkat lokal maupun nasional”, ujar Sri Purnomo.
Senin lalu (18/1), Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mengunjungi Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kata Menteri Trenggono, Perikanan Budidaya diyakini mampu menghasilkan perputaran ekonomi yang luar biasa, baik untuk kebutuhan pangan maupun nilai ekonominya serta menciptakan peluang lapangan kerja.
Selain itu juga, perikanan budidaya adalah untuk kelestarian, kesinambungan generasi berikut. Kalau tidak dibudidayakan maka akan habis sumberdaya perikanan, untuk itu baik di laut maupun di darat kita akan gerakkan yang namanya perikanan budidaya.
“Perikanan budidaya adalah masa depan sektor perikanan kita. Maka dari itu harus kita kembangkan. Mulai dari pembenihan hingga pembesaran, serta pakan. Dan saya berharap pakan ini bisa dikembangkan antara pemerintah daerah dengan perguruan tinggi untuk mendapatkan pakan yang lebih baik”, ujar Menteri Trenggono.
Untuk itu, saya pastikan akan intens bekerjasama dengan Dinas dan juga Kepala Daerah, tidak hanya perbaiki pesisir pantai saja, tapi kita juga harus perbaiki perikanan darat atau perikanan air tawar. Karena perikanan darat jika dikembangkan secara maksimal punya nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat.
“Bukan hanya di Sleman Yogyakarta saja, tapi merata di seluruh daerah di Indonesia untuk kita kembangkan perikanan budidaya”, ujar Menteri Trenggono lagi.
Trenggono menegaskan tagline KKP 2021 adalah menggerakan perikanan budidaya, diyakini dapat menjadi penopang ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi daerah di tengah Pandemi Covid- 19.
Untuk itu, Trenggono mengajak seluruh masyarakat khususnya pembudidaya agar berbudidaya ikan secara mandiri dan berkelanjutan. Mandiri dalam hal, pembudidaya mampu memproduksi benih, dan pakan sendiri.
Sehingga produktivitas perikanan nasional khususnya perikanan budidaya terus meningkat meski menghadapi kondisi apa pun produksi tidak akan pernah terganggu.
“Kita tahu pandemi Covid-19 menerjang di semua sektor. Sementara, produksi perikanan budidaya sangat dibutuhkan baik untuk ketahanan pangan maupun untuk pembangunan ekonomi daerah serta nasional” kata Trenggono.
Sedangkan, Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Supriyadi, menyebutkan, program bantuan KKP yang melalui Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi selama tahun 2020 ke DI Yogyakarta antara lain calon induk nila sebanyak 4 ribu ekor dan calon induk lele sebanyak 900 ekor.
Progam bantuan calon induk ikan ini merupakan progam nasional KKP dengan harapan pemerintah dapat menjamin kualitas benih yang beredar di masyarakat.
“Penyaluran bantuan calon induk ikan unggul kepada masyarakat merupakan langkah pemerintah untuk memastikan benih yang dihasilkan memiliki standar mutu yang tinggi. Kualitas dan kuantitas induk unggul di masyarakat merupakan elemen penting sebagai pendukung peningkatan produksi perikanan budidaya”, urai Supriyadi.
Melalui pemberian bantuan calon induk ikan unggul ini diharapkan pembudidaya dapat menikmati induk-induk ikan yang jelas asal usulnya dan memiliki keunggulan seperti tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih melimpah, menghasilkan benih bermutu dan lebih seragam sehingga mendukung peningkatan produksi perikanan serta pembangunan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan.
Sementara itu, Ketua Kelompok Budidaya Lele Kolam Bundar Omah Lele Catfish Farm Bantul, Tri Wibowo, selama usaha budidaya lele ini, kelompok kami mandiri dalam usaha budidaya lele, tidak ada bantuan dari pemerintah. Namun ke depan kami berharap ada bantuan mesin pakan pelet extruder.
“Selama ini mandiri tapi kami berharap ada bantuan untuk mesin pelet. Karena kita tahu budidaya lele cost tertinggi di pakan. Kalau ada mesin pelet akan sangat membantu kami, karena bisa memproduksi pakan sendiri, sehingga cost pakannya bisa ditekan”, harap Tri.
Karena menurutnya, budidaya lele kolam bundar sangat menguntungkan, selain serangan penyakit mudah dikontrol, padat tebar juga bisa tinggi yakni 500-600 ekor / m3 sedangkan konvensional hanya 100-200 ekor / m3, sehingga jauh lebih enak dan praktis dengan kolam bundar, hasilnya juga lebih besar. “Selama ini hasilnya sangat menguntungkan, tapi kalau kita bisa produksi pakan mandiri, pasti keuntungannya bisa lebih bagus lagi,” ujar Tri.
Adapun untuk hasilnya sendiri masih dijual sekitar wilayah Yogya, paling jauh ke Magelang. Mengingat, Kebutuhan Yogya sendiri masih banyak, sekarang saja baru tercukupi sekitar 60% nya saja. “Prospek pengembangan budidaya ikan lele sangat menarik. Karena hasilnya memuaskan,” tandas Tri. (*/cr1)
Sumber : kkp.go.id